Rabu, 30 Desember 2015

Buku yang Saya Baca di 2015

Bukan, bukan. Saya bukan bookworm alias kutu buku yang mampu melahap puluhan sampai ratusan buku dalam satu tahun. Sebenarnya saya agak malu ketika ingat dulu di awal tahun 2015 saya memasang target 20 buku pada challenge reading di akun Goodreads saya. Dan kini di penghujung tahun 2015, ternyata baru tiga perempatnya  dari target yang telah terbaca. Hehe. Jika di Instagram kini sedang tren 'pamer' sembilan foto terbaik selama setahun ini dengan tagar #2015BestNine maka dari kesemua buku yang telah terbaca di tahun ini, secara khusus di tulisan ini saya ulas sembilan buku tersebut dalam '2015 Best Nine' buku yang saya baca di tahun 2015

Sebenarnya niat awal saya, saya ingin mengulas tiap-tiap buku tiap saya selesai membacanya secara mendalam dalam sebuah tulisan resensi. Tapi kenyataan berkata lain, bukannya sok sibuk, tapi harus saya akui saya masih saja memiliki masalah dengan mood untuk menulis. Kembali ke niat awal untuk mengulas masing-masing buku, berikut ulasan singkat saya tentang buku-buku yang telah saya baca di sepanjang tahun 2015 ini. Well, this is 2015 best nine books I've read!

Jurnalisme Bencana, Bencana Jurnalisme
Salah satu buku dengan alur kata-kata terbaik yang pernah saya baca. Buku yang mengulas buruknya praktik jurnalisme bencana di Indonesia ini disajikan dengan apik dengan bahasa narasi yang begitu mengalir oleh Ahmad Arif, wartawan di Kompas Gramedia berdasarkan pengalamannya meliput salah satu bencana terbesar di abad 21, tsunami Aceh pada tahun 2004 lalu. Narasumbernya lengkap, dilengkap data akurat, didukung narasi yang mencoba membawa para wartawan lain yang membacanya untuk langsung merasakan bertugas saat bencana melanda. Buku ini sebenarnya bukanlah buku yang baru terbit, buku ini terbit pertama April 2010 lalu. Tragedi jatuhnya pesawat Air Asia rute Surabaya-Singapura akhir tahun 2014 lalu yang memperlihatkan betapa tidak siapnya media Indonesia meliput musibah itu akhirnya menggelitik saya untuk memburu buku ini. Jawaban atas kegelisahan-kegelisahan terhadap buruknya praktik jurnalisme bencana oleh media Indonesia saya temukan di buku ini.
 
Mengawal Demokratisasi Media
Demokrasi memang membawa peluang sekaligus tantangan yang tidak mudah bagi negara seperti Indonesia. Euforia reformasi tahun 1998 dengan dijaminnya kebebasan berekspresi, berbicara dan pers ternyata tidak semulus yang terbayangkan. Media-media Indonesia kini dihadang berbagai permasalahan yang menghambat proses demokratisasi media seperti yang digaung-gaungkan oleh reformasi. Buku karya aktivis media, Amir Effendi Siregar ini berisikan opini-opininya tentang demokratisasi media yang ia tuliskan untuk kolom surat kabar setidaknya dalam kurun waktu tahun 1987 hingga 2014. Bagi pembaca yang teratik dengan dinamika kajian media seperti saya, buku ini salah satu buku recommended untuk dibaca sembari duduk santai dan tentunya minum kopi.

Jurnalisme Penyiaran dan Reportase Televisi 
Satu lagi buku tentang jurnalisme yang saya baca. Kali ini bicara tentang salah satu genre jurnalisme yang naik daun setelah reformasi dimana dunia kepenyiaran Indonesia tumbuh pesat bak hewan laron di musim hujan. Fajar Junaedi, penulis yang juga salah satu dosen saya di Ilmu Komunikasi UMY memaparkan jurnalisme penyiaran dan reportase televisi mulai dari konsep dasar, teknik, hingga implementasinya. Bahasanya tidak ngalor-ngidul, alias to the point. Mudah dipahami bagi pembaca terlebih mahasiswa broadcasting pemula yang tentu akan sangat nyambung ketika membaca buku ini.

A(9)ama Saya Adalah Jurnalisme 
Jujur, membaca judul buku ini langsung mengarahkan langkah kaki saya untuk menuju rak buku tentang jurnalisme di salah satu toko buku di Jogja ini pada waktu itu. Buku aktivis pers, Andreas Harsono ini cukup nendang bukan dari judulnya saja, melainkan juga isi. Membahas panjang apa itu jurnalisme hingga bagaimana jurnalisme diimplementasikan, dan tentu tidak ketinggalan jurus 9 elemen jurnalisme ala Bill Kovach menjadi bahasan pembuka di buku ini. Tentu menarik bagi kalian yang juga suka pada jurnalisme.

#TETOT: Aku, Kamu, dan Media Sosial  
Masih tentang media, namun isinya tidak 'seberat' buku-buku sebelumnya. Secara garis besar, buku ini membahas begitu besarnya peluang media sosial untuk dimanfaatkan demi kepentingan publik. Dalam bukunya ini, Walikota Bandung, Ridwan Kamil berhasil membuktikan hal itu. 'Anak twitter yang kebetulan jadi walikota' ini membuktikan pencapaian-pencapainnya sebagai orang nomor satu di Bandung ini dengan memanfaatkan media sosial sebagai alat kontrol pemerintah sekaligus alat mendekatkan dirinya dan pemerintah yang ia pimpin dengan masyarakat. Segudang cerita inovasi pemerintah yang 'kekinian' berkaitan dengan media sosial ia ceritakan lengkap di buku ini dengan bahasa yang begitu mudah, ringan, terkesan nyleneh tapi justru dengan itu pesannya tersampaikan.


Notes From Qatar 3
Buku pengembangan diri juga menjadi salah satu genre favorit saya ketika berburu buku. Salah satu buku pengembangan diri terbaik yang saya baca adalah buku yang menceritakan tentang perjalanan seorang pemuda bernama Muhammad Assad ini. Perjalanan akademiknya hingga S2 di Qatar, menjadi CEO, dan juga enterprenur menjadi motivasi dan energi positif orang-orang pembacanya. Buku ini merupakan lanjutan dari dua buku dengan judul yang sama yanag kesemuanya berhasil menjadi national best seller. Luar biasa.

Andy Noya, Kisah Hidupku
Siapa tidak tahu host acara talkshow Kick Andy ini. Setelah bertahun-tahun mengupas kisah orang-orang hebat yang memberikan inspirasi, penulis Robert Adi KSP tertarik mengupas kisah hidup pembawa acara keturunan Belanda ini dalam sebuah buku biografi. Dari kisah leluhurnya yang merupakan warga Belanda hingga cerita masa kecilnya, dari ia menjadi wartawan hingga menjadi pimred Metro, dan dari ia berambut krebo hingga kini botak, diceritakan dengan baik dan runtut dalam buku yang menggunakan sudut pandang 'aku'-an ini. Menjadikan ceritanya menjadi lebih hidup.
 
Melunasi Janji Kemerdekaan
Buku bergenre biografi lainnya yang berhasil menarik perhatian saya untuk melahapnya adalah buku biografi salah satu tokoh penting di dunia pendidikan Indonesia saat ini, Anies Baswedan. Muhammad Husnil, sang penulis memulai kisah hidup beliau dengan kisah sang kakek, Abdurahman yang merupakan salah satu sosok berpengaruh dalam perjalanan bangsa Indonesia. Kisahnya berlanjut hingga Anies dewasa, menjadi rektor termuda di Universitas Paramadina, hingga menjadi pelopor pendidikan melalui gerakan Indonesia Mengajar. Sesuai judul bukunya, melalui dunia pendidikan, ia mencoba melunasi salah satu janji kemerdekaan; mencerdaskan kehidupan bangsa.

Building WOW: Indonesia Tourism and Creative Industry
Selain kajian jurnalisme/media dan biografi, saya juga interest dengan dunia kepariwisataan, terlebih dunia pariwisata Indonesia. Buku ini ditulis oleh Sapta Nirwandar, Wakil menteri Pariwisata era Presiden SBY. Sleeping Giant. Begitu ia menyebut negara dengan potensi pariwisata yang luar biasa ini. Industri pariwisata di dunia kini mulai dilirik sebagai penopang perekonomian negara. Di sisi lain industri kreatif terus berkembang yang menuntut setiap negara untuk bersaing menawarkan masing-masing pesonanya. Strategi-strategi untuk menghadapi hal itulah yan menjadi bahasan di buku setebal 220 halam ini.