Senin, 29 Juni 2015

Travel Journalism dan Perannya bagi Pariwisata Indonesia

Sebuah pembahasan yang menarik pada sebuah seminar nasional yang mengangkat tema peran Travel Journalism terhadap pengembangan pariwisata Indonesia beberapa waktu yang lalu di Universitas Diponegoro. Hadir dalam seminar itu Pak Tazwir, Kepala Bidang Promosi dalam Negeri Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Fitraya Ramadany, redaktur pelaksana portal Detik Traveller, dan Muhammad Syukron, pegiat Traveller Kaskus. Berikut coba saya ulas kembali perbincangan panjang dengan mereka kepada kawan-kawan semua dengan sedikit tambahan dari beberapa literatur yang saya baca khususnya mengenai pariwisata dan jurnalistik.

"Tourism contributes to the success of the America and world economies.." - Barack Obama

Pariwisata sudah menjadi industri yang sangat potensial bagi banyak negara di dunia. Bagi negara-negara maju, pariwisata menjadi salah satu penopang perekonomian negara. Pariwisata merupakan industri terbesar ketiga di Amerika Serikat. Bahkan. Di negara berkembang pun, industri pariwisata mulai dilirik oleh pemerintah. Tengoklah Korea Selatan, Tiongkok, Malaysia, Thailand, hingga negara kawasan Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab yang gencar menggarap sektor pariwisatanya sebagai penopang perekonomian. Atau kita perlu menengok ke sebuah negara kecil di timur benua Afrika, Maladewa, yang mana merupakan negara yang perekonomiannya ditopang oleh pariwisata sebagai sumber pendapatan utamanya. Bagaimana dengan Indonesia? Negeri Gemah Ripah Loh Jinawi ini memiliki kekayaan potensi pariwisata yang sungguh luar biasa apabila digarap serius. Dengan 35 persen alam, 60 persen budaya, dan lima persen wisata buatan. Tidak heran apabila Sapta Nirwandar, mantan Wakil Menteri Pariwisata Republik Indonesia dalam bukunya "Building Wow: Indonesia Tourism and Creative Industry" menjuluki Indonesia sebagai The Sleeping Giant, raksasa yang sedang tertidur. Bagaimana tidak? Menyebar luas dari Sabang sampai Merauke, keanekaragaman potensi wisata Indonesia bisa dibilang salah satu yang paling lengkap di dunia. Mulai dari alamnya yang memesona (nature), keramahan masyarakat (people), hingga kearifan budaya yang beragam dan khas tiap daerah (culture) adalah harta karun yang tak terbantahkan bagi pariwisata Indonesia. Berangkat dari hal tersebut, maka sudah tiba saatnya segala potensi tersebut digarap dan dikelola dengan baik dan serius. Kementerian Pariwisata sebagai regulator, pelaku wisata sebagai fasilitator, dan para wisatawan sebagai konsumen merupakan tiga komponen yang akan menggerakan roda industri pariwisata. Salah satu poin penting dalam pengelolaan itu adalah mengenalkan potensi pariwisata tersebut kepada para calon wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Di sinilah media mengambil peran strategis dalam hal mempromosikan pariwisata. Media yang dimaksud berarti luas, baik media cetak, elektronik, hingga media online.



Mengenal Travel Journalism

Ketika kita bicara media dan pariwisata, maka tidak adil jika kita tidak membahas konsep jurnalisme yang mempertemukan kedua hal ini. Muncullah konsep Travel Journalism sebagai genre jurnalisme yang berfokus pada cerita perjalanan seseorang. Secara sederhana, "travel" berarti perjalanan, dan "journalism" berarti jurnalisme. Jadi dapat kita tarik makna Travel Journalism sebagai jurnalisme yang memfokuskan pada liputam perjalanan. Perjalanan yang dimaksud disini  memiliki arti yang sangat luas. Bisa jadi perjalanan wisata, berziarah, bertualang, dan sebagainya. Mengutip tulisan Satrio Arismunandar, salah satu aktivis Aliansi Jurnalis Independen Indonesia, dalam tulisannya berjudul "Mengenal Jurnalisme Perjalanan (Travel Journalism) dan Program Jelajah, cikal bakal adanya genre jurnalisme perjalanan ini tidak begitu jelas. Apabila kita kaitkan dengan cerita perjalanan oleh tokoh-tokoh penjelajah seperti Marcopolo, Vasco Da Gama, ataupun Laksamana Chengho yang menuliskan perjalanan mereka mengelilingi dunia maka bisa dibilang konsep ini sebeneranya sudah cukup lama ada.

Di Indonesia, jurnalisme perjalanan selama ini memang erat kaitannya dengan sebuah perjalanan wisata. Dengan megunjungi tempat-tempat wisata, cerita perjalanan ditulis dengan tujuan sekedar membagi pengalaman hingga usaha promosi tempat wisata itu sendiri. Seperti yang saya tulis di awal, bentuk medianya dapat bermacam-macam. Apabila kita mengamati beberapa surat kabar di Indonesia, kebanyakan telah menyediakan rubrik tersendiri khusus untuk mengulas tempat-tempat wisata dan cerita perjalanannya. Di program televisi apalagi, hampir setiap stasiun televisi mempunyai program wisata jalan-jalan seperti program "My Trip My Advanture" Trans TV, "100 Hari Keliling Indonesia" Kompas TV, "Jejak Petualang" Trans 7, dan program-program lainnya. Lalu bagaimana di internet sebagai media baru? Jawabannya lebih mudah kita temui. Wisata seperti mempunyai tempat tersendiri di dunia maya, apalagi di era orang-orang sebagai pengguna media sosial. Kemudahan akses informasi telah mengubah paradigma wisata masyarakat yang dulunya lebih mengandalkan media cetak atau televisi untuk mencari tahu tentang suatu tempat tujuan wisata, kini semua itu begitu mudah diakses melalui internet. Blog-blog tentang wisata Indonesia begitu berkembang, hampir semua portal berita online kini mempunyai kanal khusus untuk informasi travelling. Belum lagi jika kita melihat tren media sosial yang membuat orang-orang kini suka bepergian dan mendokumentasikan perjalanan mereka dalam tulisan dan foto walaupun sebatas informasi singkat. Melihat jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 88 juta pengguna pada tahun 2014 dan masih terus tumbuh, maka internet menjadi prospek bagus ladang promosi di masa-masa mendatang.

Datang, tulis, sebar
                                                                                                                                                       www.scoopwhoop.com
Lalu sekarang pertanyaannya, bagaimana peran Travel Journalism terhadap pariwisata itu sendiri? Dengan jurnalisme perjalanan entah itu tulisan, visual, suara, ataukah gabungan ketiganya memiliki peran bagi pengembangan pariwisata Indonesia antara lain:
 
1. Menciptakan wisata baru
Pergi menjelajahi tempat-tempat baru memang sedang menjadi tren di Indonesia. Oleh karena itu, tidak sedikit tempat-tempat yang dulunya bukan tempat tujuan wisata menjadi tempat wisata baru yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Dulu masyarakat Bandung tidak mengenal apa itu Tebing Keraton, kini tempat tersebut ramai dikunjungi wisatawan. Mungkin dulu orang-orang di Jogja tidak pernah berpikiran untuk foto di atas rumah pohon dengan latar belakang Waduk Sermo dan perbukitan Menoreh di Kalibiru. Atau Mungkin dulu orang tidak akan pernah tau apabila tidak membaca tulisan perjalanan seseorang di blog tentang pantai cantik yang tersembunyi di balik perbukitan di Gunungkidul, namun karena persebaran informasi yang begitu cepat melalui media sosial tentang tempat tersebut, tempat-tempat wisata yang dulunya tidak ada tersbut kini ramai dikunjungi wisatawan, Sekali lagi hal itu tidak lepas dari cerita-cerita dan pembicaraan yang tersebar viral tentang  tempat wisata baru tersebut.

Kalibiru, menjadi booming karena media sosial (piknikdong.com)


2. Mempopulerkan wisata yang sudah ada
Promosi pariwisata yang tidak maksimal seringkali menjadi hambatan bagi kebanyakan daerah di Indonesia. Padahal jika dilihat, potensi yang tersedia begitu luar biasa apabila dipromosikan dengan baik. Banyak wisata yang sebenarnya telah dikelola oleh pemerintah sebagai operator pariwisata, namun sepi wisatawan. Maka di sinilah kita dapat melihat bagaimana jurnalisme perjalanan dapat menjadi solusi bagi permasalahan promosi yang kurang maksimal. Disadari atau tidak, para jurnalis perjalanan, dalam hal ini para wisatawan adalah para duta-duta wisata bagi tempat yang ia kunjungi. Melalui cerita perjalanan yang ia tulis, akan semakin banyak orang tahu tentang suatu tempat wisata. Apalagi kalau kita melihat bahwa ada kecenderungan orang-orang akan lebih tertarik dengan testimoni temannya daripada mengetahui informasi tersebut dari iklan.

3. Menyelamatkan perekonomian
Wow berat juga ya ngomongin perekonomian. Tapi serius kawan, pariwisata sejatinya dikembangkan dan dikelola demi satu tujuan utama, mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Hal itu dapat terwujud apabila, kondisi perekonomian masyarakat itu sendiri bagus. Sederhananya begini, pada awalnya para wisatawan mendapatkan informasi-informasi wisata yang ia butuhkan, karena tertarik dengan tempatnya, setelah itu mereka memutuskan untuk mengunjungi tempat wisata tersebut,  untuk melakukan perjalanan wisata tentu tidak mungkin tanpa mengeluarkan biaya selama perjalanan, seperti uang tiket, uang makan, sampai uang untuk membeli oleh-oleh. Mmau tidak mau wisatawan hars mengeluarkan biaya untuk hal itu. Peredaran uang pun berputar, semakin banyak dan sering uang berputar maka tingkat perekonomian masyarakat tersebut akan semakin baik. Nggak main-main ya manfaatnya.