Selain memiliki ketertarikan
terhadap dunia media dan turisme, saya juga tertarik untuk membicarakan hal-hal
terkait dengan dunia olahraga, bukan melakukannya, namun lebih kepada menjadi
komentator, layaknya bung Tommy Welly ataupun Rendra Sudjono.
Bagi saya pribadi, olahraga bukan
hanya bicara soal aktivitas, lebih dari itu olahraga adalah gaya hidup,
hiburan. Dan yang paling penting bagi saya, olahraga adalah suatu aktivitas
yang di dalamnya tersimpan beribu kisah yang menarik untuk dibicarakan.
Berbicara tentang kisah yang menarik untuk dibicarakan, media memainkan
perannya dalam hal ini yang terbungkus dalam praktik jurnalisme. Sepakbola, bola basket, dan
bulutangkis adalah tiga cabang olahra ga yang paling saya gemari, sekali lagi
bukan sebagai pemain namun sebagai tukang komentar.
Tahun 2013, saya mengenal dunia
bola basket ketika menjadi salah satu peserta di Journalist Competition pada turnamen basket pelajar Development Basketball League (DBL)
mewakili sekolah bersama puluhan orang dari berbagai sekolah di Yogyakarta.
Tahun 2015, tepatnya bulan Juni, saya berkesempatan menjadi salah satu peserta
dalam kelas penulisan Football Fandom Indonesia, organisasi yang concern pada kepenulisan sepakbola. Dua
bulan kemudian, pada Agustus 2015, saya kembali berkesempatan menjadi salah
satu peserta di Pelatihan Jurnalistik Bulutangkis Mahasiswa (PJBM) yang
diadakan oleh Harian Bola dimana kami langsung diturunkan ke lapangan untuk
meliput kompetisi bulutangkis secara langsung. Ketiga momen itulah yang
mendorong saya untuk menekuni apa itu sport
journalism, terlebih pada momen PJBM, liputan saya berhasil masuk “Top Ten”
liputan terbaik versi Harian Bola.
Satu poin penting yang saya
dapatkan dalam kesempatan-kesempatan tersebut adalah bahwasanya tulisan-tulisan
tentang olahraga tidak selalu harus berisi tentang berita kemenangan dan kekalahan,
skor akhir, siapa yang mencetak gol, ataupun siapa pemain terbaik.
Tulisan-tulisan tentang olahraga juga berbicara tentang 1001 kisah di balik
semua itu. Dalam artian, jurnalisme olahraga tidak hanya sekedar berita tentang
Persib Bandung yang hanya bermain imbang 1-1 melawan Bali United, namun juga
berbicara tentang kenapa Samsul Arif tidak berhasil mencetak gol, tentang
Bobotoh yang rela datang jauh-jauh menempuh perjalanan dari Bandung ke Gianyar
demi mendukung Persib, dan kisah-kisah unik di balik semua itu.
Sirajudin Hasbi, salah satu
mentor saya yang merupakan pentolan di Football Fandom Indonesia mengatakan,
dunia kepenulisan olahraga terlebih baginya sepakbola, tidak hanya berbicara
pada skor pertandingan, kini tulisan-tulisan feature tentang sepakbola trennya
sedang naik, dan itulah yang sedang dilakukan oleh kawan- kawan di Fandom.
Broto Happy, wartawan senior
Harian Bola dalam kelas penulisan bulutangkis PJBM juga menyampaikan hal yang
sama. Tulisan-tulisan feature tentang bulutangkis justru lebih menarik, kalau
hanya mencari informasi tentang pertandingan, toh kita tinggal mencarinya lewat
live tweet di media sosial sudah
bertebaran, bahkan lebih realtime. Kalau kalian lihat foto pembuka tulisan ini di atas, foto tersebut saya ambil dari tribun atas GOR Amongraga saat kami ditugaskan untuk meliput final Sirkuit Nasional Jogjakarta Series, nampak puluhan peserta lain sedang sibuk memperhatikan pertandingan demi mendapat informasi tentang jalannya pertandingan. Saya memilih mengamati gerak-gerik para peserta ini, melihat mereka berlomba-lomba mendapat berita dan foto terbaik. Hal ini dapat menjadi sebuah tulisan yang menarik, tentang semangatnya para peserta PJBM meliput salah satu olahraga terpopuler di Indonesia ini, di samping harus melulu menulis berita tentang hasil pertandingan.
Di DBL pun demikian. Dewan juri kompetisi jurnalis di awal technical meeting pun menekankan bahwa buatlah berita-berita yang unik di balik pertandingan, jangan hanya menulis tentang skor akhir. Itu sudah sangat biasa.
Di DBL pun demikian. Dewan juri kompetisi jurnalis di awal technical meeting pun menekankan bahwa buatlah berita-berita yang unik di balik pertandingan, jangan hanya menulis tentang skor akhir. Itu sudah sangat biasa.
0 comments:
Posting Komentar
Kamu adalah apa yang kamu tulis